senkomsidoarjo.org | Saat ini adalah moment yang akan menjadi catatan dimasa yang akan datang tentang sejarah perjalanan demokrasi bangsa Indonesia. Mungkin sebagian dari kita tidak begitu peduli dengan apa yang sedang terjadi saat ini, namun beberapa puluh tahun yang akan datang, semua yang telah kita lakukan dalam membangun negara ini akan menjadi sebuah catatan sejarah bahwa pada tahun 2014 telah terjadi sebuah peristiwa penting, yaitu sebuah proses pergantian pimpinan melalui pemilihan umum dinegara yang jumlah penduduknya terbesar ke 4 (empat) di dunia.
Sebagaimana pelaksanaan pemilu pada 5 tahun atau 10 tahun yang lalu, kita tetap membicarakan tentang kelebihan dan kekurangannya. Orang – orang akan membicarakan tentang siapa saja para pelaku, siapa saja yang menjadi subjek dan objek dari peristiwa itu dan apa pengaruhnya terhadap peristiwa yang terjadi saat itu. Demikian pula dengan semua peristiwa yang terjadi di tahun 2014 ini, tentu tidak luput dari catatan generasi yang hidup beberapa puluh tahun yang akan datang. Kita tentu sependapat bahwa catatan yang kita tinggalkan untuk generasi penerus kita adalah catatan yang positif.
Bahwa proses pemilihan presiden dan wakil presiden dengan dua calon atau lebih telah menciptakan kelompok-kelompok pendukung yang berbeda. Tahun ini, Pilpres telah menghasilkan 2 (dua) pasangan calon yang tentunya juga menghasilkan 2 kelompok pendukung dengan idealisme yang berbeda. Kita patut bersyukur, berbagai isu yang dapat membangkitkan konflik mulai dari pelaksanaan kampanye, masa tenang, pelaksanaan pemungutan suara, sampai dengan rekapitulasi penghitungan suara secara nasional masih dapat terkendali dan tidak berkembang menjadi konflik yang lebih besar. Kondisi Ini merupakan salah satu bentuk ujian bagi keutuhan bangsa Indonesia serta untuk menaikan derajatnya dimata bangsa – bangsa lain di dunia. Ketika kita berhasil melewati ujian tersebut, maka saat itulah kita menjadi negara yang sukses dalam membangun ketahanan bangsanya. Beberapa negara dibelahan dunia yang lain harus hidup dalam suasana konflik yang berdampak pada penderitaan yang berkepanjangan diiringi dengan korban jiwa dari pihak – pihak yang berkonflik. Karena mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya dan mempertahankan egoisme dalam menyikapi perbedaan. Disaat itulah tampak bahwa bangsa tersebut tidak mampu menghadapi ujian terhadap konflik yang ada didalam masyarakatnya.
Tentu kita semua berharap bahwa hasil akhir dari ujian bangsa Indonesia melalui proses demokrasi adalah "Happy Ending". Berbagai perbedaan itu harus disikapi secara cerdas dan dewasa, yaitu ketika sema pihak mampu mengambil kesimpulan bahwa selain kepentingan kelompok yang harus diperjuangkan, ada kepentingan umum yang lebih besar harus dipertimbangkan.
(Divisi Humas Mabes Polri)
www.senkomsidoarjo.org
Sebagaimana pelaksanaan pemilu pada 5 tahun atau 10 tahun yang lalu, kita tetap membicarakan tentang kelebihan dan kekurangannya. Orang – orang akan membicarakan tentang siapa saja para pelaku, siapa saja yang menjadi subjek dan objek dari peristiwa itu dan apa pengaruhnya terhadap peristiwa yang terjadi saat itu. Demikian pula dengan semua peristiwa yang terjadi di tahun 2014 ini, tentu tidak luput dari catatan generasi yang hidup beberapa puluh tahun yang akan datang. Kita tentu sependapat bahwa catatan yang kita tinggalkan untuk generasi penerus kita adalah catatan yang positif.
Bahwa proses pemilihan presiden dan wakil presiden dengan dua calon atau lebih telah menciptakan kelompok-kelompok pendukung yang berbeda. Tahun ini, Pilpres telah menghasilkan 2 (dua) pasangan calon yang tentunya juga menghasilkan 2 kelompok pendukung dengan idealisme yang berbeda. Kita patut bersyukur, berbagai isu yang dapat membangkitkan konflik mulai dari pelaksanaan kampanye, masa tenang, pelaksanaan pemungutan suara, sampai dengan rekapitulasi penghitungan suara secara nasional masih dapat terkendali dan tidak berkembang menjadi konflik yang lebih besar. Kondisi Ini merupakan salah satu bentuk ujian bagi keutuhan bangsa Indonesia serta untuk menaikan derajatnya dimata bangsa – bangsa lain di dunia. Ketika kita berhasil melewati ujian tersebut, maka saat itulah kita menjadi negara yang sukses dalam membangun ketahanan bangsanya. Beberapa negara dibelahan dunia yang lain harus hidup dalam suasana konflik yang berdampak pada penderitaan yang berkepanjangan diiringi dengan korban jiwa dari pihak – pihak yang berkonflik. Karena mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya dan mempertahankan egoisme dalam menyikapi perbedaan. Disaat itulah tampak bahwa bangsa tersebut tidak mampu menghadapi ujian terhadap konflik yang ada didalam masyarakatnya.
Tentu kita semua berharap bahwa hasil akhir dari ujian bangsa Indonesia melalui proses demokrasi adalah "Happy Ending". Berbagai perbedaan itu harus disikapi secara cerdas dan dewasa, yaitu ketika sema pihak mampu mengambil kesimpulan bahwa selain kepentingan kelompok yang harus diperjuangkan, ada kepentingan umum yang lebih besar harus dipertimbangkan.
(Divisi Humas Mabes Polri)
www.senkomsidoarjo.org