Senkomsidoarjo.org | Jakarta - Senkom Mitra Polri sebagai organisasi
dengan anggota dari berbagai latar belakang profesi menjadi strategis
dalam peran sertanya mengirim peserta TOT atau kader Bela Negara.
Karena dengan demikian, peserta yang dikirim mengikuti program Bela
Negara terdiri dari beragam profesi, baik yang bekerja di sektor
swasta, pegawai pemerintah, hingga wiraswasta dan rohaniwan.
"Kami dari pimpinan pusat mengeluarkan kebijakan bahwa dalam setiap
pengiriman regu peserta bela negara harus memenuhi berbagai latar
belakang profesi, supaya setelah mengikuti program, mereka dapat
menyampaikan kembali kepada lingkungan dimana peserta itu berasal,"
terang H.Muhamad Sirot, S.H, S.I.P selaku Ketua Umum Senkom Mitra
Polri.
Dicontohkan, dengan dikirim peserta berprofesi guru, maka secara
otomatis ia akan menyampaikan materi-materi yang disampaikan ketika ia
mengajar ataupun membuat program bela negara yang dikemas untuk anak
didiknya di sekolah. Demikian halnya dengan dikirim peserta berlatar
belakang santri, diharapkan dapat menyampaikan kembali kepada kalangan
pesantren dengan bahasa yang akrab dan bisa dipahami bagi kalangan
pesantren, sehingga muncul kader-kader bela negara yang juga relijius.
"Sekaligus pada saat kegiatan peserta berlatar belakang santri ini
dapat diberi peran untuk menjadi juru doa atau menjadi imam sholat
bagi yang beragama islam," ujar Sirot.
Pada akhir bulan ini Pengurus Pusat Senkom Mitra Polri juga sedang
mengadakan rapat kerja dalam rangka menyusun program kerja tahun 2016.
"Bagi Senkom materi Bela Negara selalu dilekatkan dalam setiap diklat
baik yang dilaksanakan di Pusdiklat maupun dalam kegiatan-kegiatan di
daerah masing-masing di seluruh Indonesia," lanjutnya, "karena itu
dalam rapat ini dibahas kelanjutan dari TOT Bela Negara supaya dapat
dilakukan secara terencana dan dilaksakan secara nasional bagi seluruh
anggota senkom, maupun masyarakat luas."
Senkom Mitra Polri dalam perkembangannya sejak berdiri tahun 2004,
telah memperluas perannya dalam berbagai bidang sosial kemasyarakatan
dalam rangka membantu suksesnya program pemerintah dan membantu
masyarakat. Dengan tiga klaster yaitu Kamtibmas dengan menjadi Senkom
Mitra Polri, kemudian Klaster Kebencanaan dengan memiliki tim Rescue,
serta klaster Bela Negara, Senkom telah membuktikan eksistensinya dan
mendapat kepercayaan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta, dan
masyarakat luas.
Sirot juga menjelaskan bahwa selama ini berbagai peran Senkom
dilakukan secara mandiri dan butuh bantuan pihak lain, baik dari
negara maupun pihak lain yang peduli terhadap kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara. "Untuk itu harapan kami supaya kedepan negara bisa
membantu kelancaran kegiatan Senkom. Apabila negara bisa nembantu
kususnya dalam hal pendanaan maka peran senkom juga akan lebih
meningkat dan bisa memberikan manfaat lebih banyak kepada masyarakat,"
ungkap Sirot.
"Karena prinsipnya bagi kami berorganisasi ini untuk membina anggota
dan juga memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara," tutup
Sirot.
Sumber : www.senkom.or.id. (R10)
dengan anggota dari berbagai latar belakang profesi menjadi strategis
dalam peran sertanya mengirim peserta TOT atau kader Bela Negara.
Karena dengan demikian, peserta yang dikirim mengikuti program Bela
Negara terdiri dari beragam profesi, baik yang bekerja di sektor
swasta, pegawai pemerintah, hingga wiraswasta dan rohaniwan.
"Kami dari pimpinan pusat mengeluarkan kebijakan bahwa dalam setiap
pengiriman regu peserta bela negara harus memenuhi berbagai latar
belakang profesi, supaya setelah mengikuti program, mereka dapat
menyampaikan kembali kepada lingkungan dimana peserta itu berasal,"
terang H.Muhamad Sirot, S.H, S.I.P selaku Ketua Umum Senkom Mitra
Polri.
Dicontohkan, dengan dikirim peserta berprofesi guru, maka secara
otomatis ia akan menyampaikan materi-materi yang disampaikan ketika ia
mengajar ataupun membuat program bela negara yang dikemas untuk anak
didiknya di sekolah. Demikian halnya dengan dikirim peserta berlatar
belakang santri, diharapkan dapat menyampaikan kembali kepada kalangan
pesantren dengan bahasa yang akrab dan bisa dipahami bagi kalangan
pesantren, sehingga muncul kader-kader bela negara yang juga relijius.
"Sekaligus pada saat kegiatan peserta berlatar belakang santri ini
dapat diberi peran untuk menjadi juru doa atau menjadi imam sholat
bagi yang beragama islam," ujar Sirot.
Pada akhir bulan ini Pengurus Pusat Senkom Mitra Polri juga sedang
mengadakan rapat kerja dalam rangka menyusun program kerja tahun 2016.
"Bagi Senkom materi Bela Negara selalu dilekatkan dalam setiap diklat
baik yang dilaksanakan di Pusdiklat maupun dalam kegiatan-kegiatan di
daerah masing-masing di seluruh Indonesia," lanjutnya, "karena itu
dalam rapat ini dibahas kelanjutan dari TOT Bela Negara supaya dapat
dilakukan secara terencana dan dilaksakan secara nasional bagi seluruh
anggota senkom, maupun masyarakat luas."
Senkom Mitra Polri dalam perkembangannya sejak berdiri tahun 2004,
telah memperluas perannya dalam berbagai bidang sosial kemasyarakatan
dalam rangka membantu suksesnya program pemerintah dan membantu
masyarakat. Dengan tiga klaster yaitu Kamtibmas dengan menjadi Senkom
Mitra Polri, kemudian Klaster Kebencanaan dengan memiliki tim Rescue,
serta klaster Bela Negara, Senkom telah membuktikan eksistensinya dan
mendapat kepercayaan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta, dan
masyarakat luas.
Sirot juga menjelaskan bahwa selama ini berbagai peran Senkom
dilakukan secara mandiri dan butuh bantuan pihak lain, baik dari
negara maupun pihak lain yang peduli terhadap kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara. "Untuk itu harapan kami supaya kedepan negara bisa
membantu kelancaran kegiatan Senkom. Apabila negara bisa nembantu
kususnya dalam hal pendanaan maka peran senkom juga akan lebih
meningkat dan bisa memberikan manfaat lebih banyak kepada masyarakat,"
ungkap Sirot.
"Karena prinsipnya bagi kami berorganisasi ini untuk membina anggota
dan juga memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara," tutup
Sirot.
Sumber : www.senkom.or.id. (R10)