Senkomsidoarjo.org | Untuk menuju "negara kesejahteraan" atau merebut
masa depan Indonesia itu, ternyata perlu dilakukan dengan kesabaran
revolusioner. Kesabaran revolusioner itu adalah gabungan dari semua
kualitas seperti keberanian dan kemampuan menetapkan tujuan-tujuan
utama.
Selain itu, perlu ditetapkan tujuan-tujuan revolusioner yang hendak
dicapai, keseriusan mempersiapkan dana dan perencanaan langkah secara
seksama. Kemudian kemampuan dan menggunakan metode yang tepat untuk
setiap medan. Serta keadaan dan waktu yang berbeda, juga pengawasan
dan pengendalian agar tak tersesat (mengalami disorientasi), yaitu
menjauh dari tujuan utama yang sudah dicanangkan.
Hal tersebut diterangkan seorang penulis buku yang berjudul "Kesabaran
Revolusioner" yang bertujuan untuk merebut masa depan Indonesia. Dr.
Soetanto Soepiadhy, SH., MH. begitu disebutnya dalam sebuah pemaparan
materi Kesabaran Revolusioner Generasi Muda Menuju Masa Depan
Indonesia di Hotel Ayana Trawas Kamis (25/02).
"Kesabaran revolusioner adalah sarana untuk mengubah mimpi menjadi
cita-cita, cita-cita menjadi kerja nyata, dan kerja nyata menjadi
hasil yang sempurna dan bagus. Merebut masa depan Indonesia memang
bukanlah pekerjaan mudah," pungkas Soetanto Soepiadhy.
Namun, kesabaran revolusioner membutuhkan nafas panjang dan kebijakan
yang tinggi. Nafas panjang dibutuhkan, mengingat permasalahan di
negeri ini yang begitu kompleks yang harus diselesaikan satu per satu.
Kebijakan yang menjadi penting untuk kasus Indonesia mengingat sebagai
bangsa terdiri atas berbagai suku, agama, dan latar belakang budaya,
juga tingkat pendidikan yang belum merata.
Soetanto Soepiadhy pun menambahkan peradaban manusia adalah hasil
akhir dari kesabaran panjang berbilang tahun. Tetapi, bukanlah
kesabaran untuk membiarkan transisi yang berlarut-larut dan tak tentu
arah. Melainkan, kesabaran untuk melakukan evaluasi dan menata ulang
perubahan yang sedang berjalan dan mendesakkannya ke arah yang
terbaik.
Menghadapi transisi demokrasi Indonesia yang alot dan berlarut-larut
ini, lanjut Soetanto Soepiadhy, banyak kalangan yang selalu tergiur
untuk mengagendakan revolusi sebagai satu-satunya jalan keluar. Bagi
mereka, masa depan yang baik mustahil dicapai melalui proses transisi
evolusioner. Menurut mereka, semua hanya mungkin diraih melalui
perubahan menyeluruh secara sangat tepat yaitu revolusi.
Mereka sangat mempercayai bahkan terkadang terilusi, bahwa
gejala-gejala ke arah revolusi sudah semakin tampak. Hal yang biasa
menjadi petunjuknya adalah hancurnya kepercayaan rakyat terhadap
proses politik dan ekonomi formal yang sedang berjalan. Serta tidak
tercapainya ambang batas toleransi rakyat menghadapi lambannya proses
dan buruknya hasil reformasi.
Mereka menyebut aksi-aksi kerusuhan dan main hakim sendiri yang sudah
marak terjadi dimana-mana adalah sebuah bukti betapa kemarahan rakyat
sudah meluap dan tak mungkin terbendung. Mereka pun percaya, revolusi
sosial sudah di ambang pintu.
Harus dipahami sekali lagi secara umum, revolusi butuh infrastruktur,
seperti adanya pembangkangan massa yang terorganisasi, keretakan dan
pembangkangan elite yang dikelola, adanya motif untuk revolusi,
terjadinya krisis negara yang berupa lemahnya instrumen negara dalam
memfungsikan regulasi. Tanpa itu semua, atau setidaknya sebagian besar
dari infrastruktur ini revolusi akan berhenti dan hanya menjadi
pidato. Dengan mengambil jalan kesabaran revolusioner kiranya lebih
bijak ketimbang harus melakukan revolusi.
Soetanto Soepiadhy berpesan dengan memberikan pemahaman kepada
masyarakat pembaca, bahwa untuk merebut masa depan Indonesia itu masih
jauh. Tetapi bersama pemerintah, tetap harus meningkatkan keseriusan
dan kerja cerdas untuk terus melakukan kerja, kerja, dan kerja.
Jangan pernah menyerah karena ingin mewariskan yang terbaik bagi anak
cucu sebagai pemilik sah negeri besar dan penuh keindahan alamnya ini
sebagai karunia Tuhan yang harus dijaga. Meski negeri ini selalu
didera banyaknya bencana alam yang sepertinya terus menerus, karena
memang berada di belahan Ring of Fire, tetap harus bersyukur. Itu
semua bisa dijadikan tantangan yang akan membuat bangsa ini menjadi
kuat.
"Bangsa ini sedang diuji, dan yakinlah ujian Tuhan itu tidak akan
melebihi batas kemampuan manusia. Karena Tuhan amat sangat
mengasihi-Nya, " tutup Soetanto Soepiadhy.
Penulis: M. Fauzi Wibowo (Jatim 10.03c) Senkom Sidoarjo.
masa depan Indonesia itu, ternyata perlu dilakukan dengan kesabaran
revolusioner. Kesabaran revolusioner itu adalah gabungan dari semua
kualitas seperti keberanian dan kemampuan menetapkan tujuan-tujuan
utama.
Selain itu, perlu ditetapkan tujuan-tujuan revolusioner yang hendak
dicapai, keseriusan mempersiapkan dana dan perencanaan langkah secara
seksama. Kemudian kemampuan dan menggunakan metode yang tepat untuk
setiap medan. Serta keadaan dan waktu yang berbeda, juga pengawasan
dan pengendalian agar tak tersesat (mengalami disorientasi), yaitu
menjauh dari tujuan utama yang sudah dicanangkan.
Hal tersebut diterangkan seorang penulis buku yang berjudul "Kesabaran
Revolusioner" yang bertujuan untuk merebut masa depan Indonesia. Dr.
Soetanto Soepiadhy, SH., MH. begitu disebutnya dalam sebuah pemaparan
materi Kesabaran Revolusioner Generasi Muda Menuju Masa Depan
Indonesia di Hotel Ayana Trawas Kamis (25/02).
"Kesabaran revolusioner adalah sarana untuk mengubah mimpi menjadi
cita-cita, cita-cita menjadi kerja nyata, dan kerja nyata menjadi
hasil yang sempurna dan bagus. Merebut masa depan Indonesia memang
bukanlah pekerjaan mudah," pungkas Soetanto Soepiadhy.
Namun, kesabaran revolusioner membutuhkan nafas panjang dan kebijakan
yang tinggi. Nafas panjang dibutuhkan, mengingat permasalahan di
negeri ini yang begitu kompleks yang harus diselesaikan satu per satu.
Kebijakan yang menjadi penting untuk kasus Indonesia mengingat sebagai
bangsa terdiri atas berbagai suku, agama, dan latar belakang budaya,
juga tingkat pendidikan yang belum merata.
Soetanto Soepiadhy pun menambahkan peradaban manusia adalah hasil
akhir dari kesabaran panjang berbilang tahun. Tetapi, bukanlah
kesabaran untuk membiarkan transisi yang berlarut-larut dan tak tentu
arah. Melainkan, kesabaran untuk melakukan evaluasi dan menata ulang
perubahan yang sedang berjalan dan mendesakkannya ke arah yang
terbaik.
Menghadapi transisi demokrasi Indonesia yang alot dan berlarut-larut
ini, lanjut Soetanto Soepiadhy, banyak kalangan yang selalu tergiur
untuk mengagendakan revolusi sebagai satu-satunya jalan keluar. Bagi
mereka, masa depan yang baik mustahil dicapai melalui proses transisi
evolusioner. Menurut mereka, semua hanya mungkin diraih melalui
perubahan menyeluruh secara sangat tepat yaitu revolusi.
Mereka sangat mempercayai bahkan terkadang terilusi, bahwa
gejala-gejala ke arah revolusi sudah semakin tampak. Hal yang biasa
menjadi petunjuknya adalah hancurnya kepercayaan rakyat terhadap
proses politik dan ekonomi formal yang sedang berjalan. Serta tidak
tercapainya ambang batas toleransi rakyat menghadapi lambannya proses
dan buruknya hasil reformasi.
Mereka menyebut aksi-aksi kerusuhan dan main hakim sendiri yang sudah
marak terjadi dimana-mana adalah sebuah bukti betapa kemarahan rakyat
sudah meluap dan tak mungkin terbendung. Mereka pun percaya, revolusi
sosial sudah di ambang pintu.
Harus dipahami sekali lagi secara umum, revolusi butuh infrastruktur,
seperti adanya pembangkangan massa yang terorganisasi, keretakan dan
pembangkangan elite yang dikelola, adanya motif untuk revolusi,
terjadinya krisis negara yang berupa lemahnya instrumen negara dalam
memfungsikan regulasi. Tanpa itu semua, atau setidaknya sebagian besar
dari infrastruktur ini revolusi akan berhenti dan hanya menjadi
pidato. Dengan mengambil jalan kesabaran revolusioner kiranya lebih
bijak ketimbang harus melakukan revolusi.
Soetanto Soepiadhy berpesan dengan memberikan pemahaman kepada
masyarakat pembaca, bahwa untuk merebut masa depan Indonesia itu masih
jauh. Tetapi bersama pemerintah, tetap harus meningkatkan keseriusan
dan kerja cerdas untuk terus melakukan kerja, kerja, dan kerja.
Jangan pernah menyerah karena ingin mewariskan yang terbaik bagi anak
cucu sebagai pemilik sah negeri besar dan penuh keindahan alamnya ini
sebagai karunia Tuhan yang harus dijaga. Meski negeri ini selalu
didera banyaknya bencana alam yang sepertinya terus menerus, karena
memang berada di belahan Ring of Fire, tetap harus bersyukur. Itu
semua bisa dijadikan tantangan yang akan membuat bangsa ini menjadi
kuat.
"Bangsa ini sedang diuji, dan yakinlah ujian Tuhan itu tidak akan
melebihi batas kemampuan manusia. Karena Tuhan amat sangat
mengasihi-Nya, " tutup Soetanto Soepiadhy.
Penulis: M. Fauzi Wibowo (Jatim 10.03c) Senkom Sidoarjo.